Kenangan masa kecil

Jutaan cerita tercipta dalam kenangan kita sejak kecil. Cerita membahagiakan, menyakitkan, memalukan, menginspirasi, sampai perjuangan hidup.

Dari cerita-cerita tersebut kita belajar, sehingga kita bisa menulis cerita lain di kemudian hari. Saat kecil kita belajar banyak hal yang bisa menjadikan kita sekuat sekarang. Dan kita mendapatkan butir kebijaksanaan. Jika masa kecilmu pahit, maka jadikan ia alasan untuk memaniskan masa depanmu. Dan jika masa kecilmu manis, jadikan ia alasan untuk menikmati rasa yang sama sekarang dan selamanya.

Juga masa kecil menjadi masa yang indah. Karena apa? Karena kita terus fokus dalam mencari hal yang menyenangkan. Yang dicari selalu hal yang menyenangkan. Dan jika ingin temukan hal yang menyenangkan, fokuslah dalam mencari hal yang menyenangkan, dan kata kuncinya selalu cuma satu: Bahagia.

Dan bahagia itu sebenarnya sederhana, seperti yang sudah biasa kita lakukan di masa kecil; menikmati kehidupan, mensyukuri apa pun yang diberi. Seperti dalam lirik lagu di awal acara ini, “Waktu ku kecil, hidupku amatlah senang.” Karena apa? Semata-mata karena “dipangku dan dipeluk, serta dicium-cium, dimanjakan” oleh Ibu dan Bapak kita. Bukan memangku, memeluk, atau mencium mobil mewah atau harta segunung kita.

Dan terakhir, sekali-kali kembalilah bertualang ke dalam masa kecilmu. Siapa tahu kamu akan temukan harta karun yang pernah terkubur di suatu tempat rahasia dalam kenanganmu. Dan tempat rahasia itu kodenya cuma dua: “Kasih Ibu dan cinta Bapak”

mengatasi masalah tanpa emosi

Dikisahkan, seorang bijak dihina, namun tetap senyum dan tenang, tidak atau sedikit pun ia menjawab atau balas dengan kata-kata kotor mengiris tajam seperti yang diucapkan penghinanya.

Ketika sahabat-sahabatnya bertanya, “Ya, Guru, kenapa engkau tidak menjawab dengan kata-kata yang sama ketika engkau dihina? Malah sebaliknya, menjawab dengan kebaikan dan senyum?”

Sang guru menjawab, “Karena setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan keburukan. Dan kalau yang kita memiliki kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga kata-kata yang mulia.”

Jadi, jika J. B. Watson menyebut emosi itu ada 3 jenis: “Amarah, ketakutan dan cinta”, maka jika ingin melihat dunia dan sekelilingmu damai penuh cinta, kendalikan emosi angkara murkamu, gunakan emosi takutmu untuk berbuat jahat, dan nafkahkan serta tebarkan emosi cintamu di bumi ini kepada sesama. Maka kamu akan menuai kata-kata dan sifat mulia, yang akan membuat hidupmu lebih indah, dan tidak tergerus angkara murka yang menenggelamkan diri